Allah subhanahu wa ta’ala telah berfirman, “Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah, 2:261).
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Bersedekahlah kalian, kelak akan datang suatu zaman kepada kalian di mana seorang berjalan dengan membawa sedekahnya, lalu orang yang didatanginya mengatakan kepadanya: “Seandainya engkau mendatangkannya kemaren niscaya aku menerimanya. Adapun sekarang maka aku tidak memerlukan sedekah lagi”. Akhirnya dia tidak dapat menemukan orang yang mau menerimanya.” (HR. Syaikhan).
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Ditentukan atas setiap muslim bersedekah. Para sahabat bertanya, “Wahai Nabiyullah, (bagaimana) kalau dia tidak punya (sesuatu pun untuk disedekahkan)?” Nabi Saw. menjawab, “(hendaknya) ia bekerja dengan tangannya dan memanfaatkan dirinya, lalu ia bersedekah.” Mereka kembali bertanya, “(Bagaimana) kalau ia tidak mampu?” Nabi Saw. menjawab, “(Hendaknya) ia membantu orang miskin yang perlu segera dibantu.” Mereka kembali bertanya, “(Bagaimana) kalau ia tidak menemukan (orang yang demikian)?” Nabi Saw. menjawab, “(Hendaknya) ia memerintahkan kepada kebajikan.” Mereka bertanya kembali, “(Bagaimana) kalau ia belum pernah mengerjakan (yang demikian)?” Nabi Saw. menjawab, “Hendaknya ia menahan diri dari mengerjakan keburukan karena sesungguhnya hal itu merupakan sedekah (darinya).” (HR. Bukhari).
Sedekah adalah pemberian seorang Muslim kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Sedekah bagi orang muslim bukan hanya untuk orang muslim yang kaya, karena sedekah tidak terbatas pada hal-hal yang materi saja, tetapi membantu orang yang membutuhkan pertolongan dan melakukan _amar_ _ma’ruf_ serta _nahi_ _munkar_ pun termasuk sedekah. Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa senyuman yang engkau tujukan kepada saudaramu merupakan sedekah bagimu. Atau dengan kata lain, membuat saudaramu gembira termasuk sedekah.
*Rasulullah* shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Pada hari kiamat nanti Allah Swt. akan berkata, “Wahai anak Adam, Aku sakit tetapi ternyata kamu tidak menjenguk-Ku”. Anak Adam menjawab, “Wahai Rabbku, bagaimana aku menjenguk-Mu sedangkan engkau adalah Rabb semesta Alam?” Allah menjawab, “Tidakkah kamu ketahui bahwa hamba-Ku yang bernama Fulan sakit, tetapi kamu tidak menjenguknya. Tidakkah kamu ketahui, bahwa seandainya kamu menjenguknya niscaya kamu menjumpai-Ku ada di sisinya?
Hai anak Adam, Aku meminta makan kepadamu tetapi kamu tidak memberi-Ku makan.” Anak Adam menjawab, “Wahai Robbku, bagaimana aku memberi-Mu makan, sedangkan Engkau adalah Rabb semesta Alam?” Allah mejawab, “Tidakkah kamu ketahui bahwa hamba-Ku yang bernama Fulan meminta makan kepadamu tetapi kamu tidak memberinya makan. Tidakkah kamu ketahui seandainya kamu memberinya makan, niscaya kamu menjumpai (pahala) hal tersebut berada di sisi-Ku.
Hai anak Adam, Aku meminta minum kepadamu, tetapi kamu tidak memberi-Ku minum.” Anak Adam menjawab, “Wahai Robbku, bagaimana aku memberi-Mu minum sedangkan Engkau adalah Robb semesta Alam?” Allah menjawab, “Hamba-Ku yang bernama Fulan meminta mimun kepadamu tetapi kamu tidak memberinya minum, tidaklah kamu ketahui, seandainya kamu memberinya minum, niscaya kamu menjumpai (pahala) hal tersebut berada di sisi-Ku.” (HR. Muslim).
Hadits ini teguran seandainya diarahkan kepada kita oleh saudara kita yang sakit, yang kelaparan, atau kehausan, pasti wajah kita akan berubah merah, pucat karena malu. Lalu bagaimana jika yang menegur kita adalah Zat Yang Memerintahkan kita untuk berbuat baik kepada orang lain.?
Ini adalah teguran dari Rabb Yang Maha Penyayang. Dengan teguran ini, Allah ingin berkata kepada hamba-Nya, “Aku telah membukakan salah satu pintu surga buat hamba-Nya, maka janganlah kamu menutupinya kembali. Aku telah mempersiapkan jalan untukmu menuju surga, maka janganlah kamu menempuh jalan lain. Aku telah menukilkan kepadamu apa yang akan terjadi pada hari kiamat agar kamu menjauhi penyebab teguran tersebut dan agar kamu dapat minum dari cawan pahala.
Nabi Saw. telah bersabda, “Kamu akan melihat orang-orang mukmin saling mengasihi, saling menyayangi, dan saling sayang menyayangi; seakan-akan mereka adalah seperti satu tubuh; apabila salah satu bagian tubuhnya merasa sakit, maka rasa sakitnya itu menjalar ke seluruh bagian tubuh lainnya, sehingga akan merasakan sakit, gelisah dan demam.” (HR. Bukhari).
Dalam hadits ini disebutkan bahwa orang-orang yang benar-benar beriman, sebagian dari mereka dengan sebagian yang lain adalah bersaudara. Perumpamaan mereka sama dengan suatu tubuh, apabila salah satu dari anggotanya merasa sakit, maka rasa sakit itu terasa oleh seluruh tubuh, hingga semuanya merasakan demam dan tidak tidur karenanya.
Hubungan di antara sesama mereka sangat erat dan intim, serta kasih sayang terjalin di antara mereka dengan kuat dan mereka saling menolong. Demikianlah ciri khas orang-orang yang beriman, mereka bersatu padu dalam suka dan duka.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Orang-orang yang penyayang akan dikasih oleh Tuhan Yang Maha Pengasih; Allah Swt. berfirman, “Berbelaskasihanlah kalian terhadap makhluk yang ada di bumi, niscaya makhluk yang ada di langit akan menyayangi kalian.” (HR. Ahmad).
Dalam hadits ini diungkapkan dengan memakai kata _Man_ karena memprioritaskan makhluk yang berakal, sekalipun pada kenyataannya makhluk yang tidak berakal lebih banyak jumlahmya daripada makhluk yang berakal. Makna hadis ini sayangilah semua makhluk di bumi, niscaya kamu akan disayangi oleh Allah Yang Maha Pemurah. Atau dengan kata lain, jadilah diri kita orang-orang yang penyayang, niscaya kamu akan disayangi oleh Yang Maha Pemurah.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Seorang wanita tuna susila mendapat ampunan (dari Allah) lantaran menemukan seekor anjing yang berada di tepi sebuah sumur menjulurkan lidahnya karena kehausan yang hampir membinasakannya. Lalu wanita itu mencabut khuf-nya dan mengikatnya dengan kerudungnya, kemudian ia mengambil air sumur dengannya (dan diberinyalah anjing itu minum). Maka ia mendapatkan ampunan (dari Allah) karena perbuatannya itu.” (HR. Bukhari).
Kisah yang disebutkan dalam hadits ini ialah mengenai peristiwa yang terjadi di kalangan umat terdahulu sebelum datangnya Islam. Dapat disimpulkan dari hadits ini bahwa bersedekah bukan hanya kepada manusia saja, tetapi kepada hewan pun ada pahalanya.
Dan dalam hadits ini tersirat suatu makna yang menunjukkan bahwa Allah Swt. mengampuni dosa besar hanya karena pelakunya mengerjakan amal kebaikan yang sedikit, tetapi hal itu ia lakukan dengan penuh keikhlasan dan Allah Swt. Mahaluas ampunan-Nya. Allah Swt. telah berfirman, “Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapus (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS. Huud:114).
Dengan demikian bersifat tenang dalam segala sesuatu merupakan hal yang baik karena sifat ini berasal dari Tuhan Yang Maha Pemurah, kecuali dalam perkara akhirat, yakni sededah harus dilakukan dengan segera dan tidak boleh ditangguh-tangguhkan. _Wallahu_ _A’lam_ _bish-Shawabi_ .
Drs.H. Karsidi Diningrat M.Ag
* Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN SGD Bandung
* Anggota PB Al Washliyah Jakarta.
* Mantan Ketua PW Al Washliyah Jawa Barat.